Kuliah adalah salah satu impian terbesar saya ketika
saya masih duduk di bangku MTS Mambas't (suci). Impian tersebut semakin terbayang-bayang
dalam benak saya ketika saya beranjak MA. Di masa itu, saya seringkali
membayangkan betapa indahnya dunia perkuliahan, dimana cara berpakaian
boleh bebas, tidak ada lagi guru yang mengatur-atur gaya rambut saya,
dan tidak ada lagi saat-saat di mana saya harus berpacu dengan waktu
untuk menghindari pintu gerbang yang akan ditutup. Selain hal-hal
tersebut, saya juga menyangka bahwa dunia perkuliahan itu tidak akan
terlalu memusingkan, sebab apa yang akan saya pelajari kelak adalah ilmu
tertentu yang bersifat spesifik, sehingga pikiran saya akan terfokus
pada suatu bidang ilmu dan tidak bercabang ke mana-mana. Seperti itulah
gambaran yang terbayangkan dalam benak saya mengenai dunia kuliah,
betapa menyenangkan.
Waktu
terus berlalu, sampai akhirnya tibalah saya pada suatu masa di mana saya
telah dinyatakan lulus MA serta harus memilih kampus yang akan menjadi
tempat kuliah saya. Pikiran saya telah terlanjur senang dan bangga,
sebab saya telah berhasil melalui masa-masa yang begitu menantang selama
di MA saya tercinta (MA MA'ARIF 07 SUNAN DRAJAT) dan sekarang telah tiba saatnya
di mana saya akan menggapai salah satu impian saya, yaitu mengecap
nikmatnya bangku perkuliahan. Banyak tawaran yang menggiurkan dari
kampus-kampus yang ada di sekitar saya, baik kampus negeri maupun
swasta. Setelah melalui berbagai pertimbangan dari faktor biaya, jarak,
kualitas kampus, spesifikasi jurusan, dan faktor-faktor lainnya, maka
saya dan orang tua akhirnya sepakat memutuskan untuk memilih kulia di bina sarana informatika BSI jakarta sebagai tempat kuliah saya serta memilih untuk menekuni
bidang ilmu dalam jurusan Manajemen informatika di universitas tersebuMasa-masa
awal perkuliahan yang saya lalui di BSI sepertinya mirip dengan
apa yang dialami teman-teman saya yang berkuliah di kampus lain, bahkan
sepertinya Masa Orientasi Mahasiswa (OSPEK) yang saya alami di BSI
tampaknya tidak seberat apa yang dialami teman saya di kampus lain.
Singkat cerita, Masa Orientasi selesai dan saya ditempatkan di gedung senayan jakpus, di mana saya bertemu teman-teman yang serba unik dan
menyenangkan. Seperti kebanyakan orang, adaptasi adalah proses yang
cukup menyulitkan dan akan menentukan citra diri seseorang selama dia
berada di dalam lingkungan tersebut, hal itu pun berlaku bagi saya. Saya
adalah seseorang yang berkarakter ‘agak’ pendiam, hal ini pun cukup
menjadi penghalang tersendiri bagi saya dalam bergaul dengan teman-teman
sekelas. Setelah menjalani perkuliahan selama satu minggu, saya mulai
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas saya dan mulai dekat
dengan beberapa teman. Suatu hari (kira-kira setelah dua minggu
menjalani perkuliahan), tiba-tiba saya dipilih oleh teman-teman sebagai
ketua kelas (entah untuk berapa periode...?). Seperti pada berbagai
tempat di tanah air, hukum voting (pengambilan keputusan berdasarkan
suara terbanyak) pasti berlaku. Hal inilah yang membuat saya tidak dapat
menolak hasil keputusan teman-teman sekelas. Sesudah hari pemilihan
tersebut, dunia perkuliahan yang ada dalam benak saya selama ini
tiba-tiba berubah 180°. Ternyata, kuliah itu tidaklah sesantai yang saya
bayangkan. Banyak tugas-tugas yang harus dipenuhi, baik tugas-tugas
yang berasal dari dosen, maupun tugas-tugas yang berasal dari kewajiban
saya sebagai ketua kelas. Memang, sebenarnya tugas saya sebagai ketua
kelas tidaklah begitu berat, seperti mengkoordinasi kelas dalam berbagai
hal atau mempublikasikan hal-hal penting kepada teman-teman sekelas,
namun di dalam setiap tugas-tugas tersebut sesungguhnya dituntut
tanggung jawab dan rasa peduli dari diri saya demi kepentingan
teman-teman sekelas.
Tidak lama saya menempuh kuliah di BSI dn akhirnya saya memutuskan untuk pindah di universitas islam malang (UNISMA), dengan alasan blaa..blaa.blaa ..Dunia
perkuliahan yang saya jalani selama semester pertama ternyata cukup
berat dan tidak sesuai dengan khayalan saya selama ini. Meskipun
demikian, terdapat berbagai hal dan peristiwa yang berkesan bagi saya.
Hal-hal yang berkesan tersebut cukup menghibur saya di tengah-tengah
kejenuhan yang sempat saya alami. Setelah melalui semester pertama, saya
baru menyadari bahwa ternyata segala kesulitan yang saya alami selama
ini cukup banyak memberikan manfaat bagi saya. Manfaat tersebut antara
lain :
- Mengasah kemampuan saya dalam memimpin sekelompok orang.
- Melatih saya sebagai seseorang yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
- Mengajarkan saya untuk tetap bersikap benar meskipun kenyataan yang saya alami tidak sesuai dengan harapan.
- Membuat saya paham akan makna solidaritas yang sebenarnya (bukan solidaritas yang salah dan tidak bertanggung jawab).
Sekian
kisah perjalanan singkat saya di dunia perkuliahan yang sudah semester enam ini, semoga kisah saya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi para mahasiswa yang mulai merasa jenuh dengan dunia
perkuliahan. Hati boleh jenuh, namun jangan sampai semangat dalam
menggali ilmu menjadi padam, Keep the spirit.
I like it
ReplyDeletethanks ya
ReplyDelete